Selasa, 21 Agustus 2012

osmosis pada kentang


Tujuan           :
1.        Untuk mengetahui proses osmosis pada kentang .
2.         Untuk mengetahui perbedaan pada percobaan proses osmosis pada kentang, yaitu antara     larutan gula, larutan kapur, dan larutan garam.

LANDASAN TEORI
Fungsi membranesl adalah sebagai pengatur keluar masuknya zat kedalam sel. Osmosis adalah perpindahan molekul-molekul air (zatpelarut) dari konsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran semi permiabel. Contoh dalam  proses osmosis diantaranya adalah kentang. Kentang merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk praktikum terjadinya osmosis.Selain itu kita bias mengetahui bagaimana setelah melalui  proses osmosis,  kentang itu akan mengalami perubahan. Seperti contohnya dapat menjadi lembek, lebih lembek, dan keras.Berarti kandungan zat di dalam pelarut seperti gula, garam, dan kapur berbeda-beda, sehingga bisa merubah tekstur kentang tersebut.

Waktu dan tempat
            Praktikum biologi tentang proses osmosis pada kentang yang larutannya berbeda-beda, yang dilaksanakan pada tanggal  16 agustus 2012, pukul  14.30 s/d 17 agustus, pukul 14.30. Bertempat di laboratorium biologi SMA N 1 Bangli

PROSES OSMOSIS PADA KENTANG
Alat-alat dan fungsinya
1.Gelas Ukur   : untuk mengukur  dan menampung air
2.Pisau             : untuk memotong kentang
3.Penggaris      : untuk mengukur panjang,lebar,dan tinggi kentang
4.Sendok             : untuk mengaduk larutan dan mengukur banyaknya gula,garam,dan kapur yang      dimasukkan


Bahan-bahan dan Fungsinya
1.kentang        : sebagai bahan yang diamati untuk proses osmosis
2.Larutan gula : sebagai larutan perendam kentang
3.larutan garam           : sebagai larutan perendam kentang
4.Larutan Kapur          : sebagai larutan perendam kentang

Langkah-langkah kerja
1.pembuatan larutan
    -larutan gula               : campurkan 2 sendok makan gula dengan air sebanyak 60 ml liter
    -Larutan garam : campurkan 2 sendok makan garam dengan air sebanyak 60 ml liter
    -Larutan kapur  : campurkan 2 sendok makan kapur dengan air sebanyak 60 ml liter
2. Kupas kentang lalu potong bentuk balok, sebanyak 3 buah
3. ukur masing-masing tinggi,lebar dan panjang kentang yang telah dipotong membentuk balok dan catat pada tabel
4. Masukkan masing-masing potongan kentang yang telah di ukur kedalam larutan gula,garam,dan kapur.
5.Setelah 25 jam amati potongan kentang tersebut lalu keluarkan dari rendaman.
6. Tiriskan dan lalu ukur kembali.

Tabel Hasil Pengamatan
KENTANG
SEBELUM PERENDAMAN

SESUDAH PERENDAMAN
KETERANGAN
LARUTAN GULA
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR       : 1.9 cm
TINGGI      : 1 cm
PANJANG: 2.8 cm
LEBAR       : 1.8 cm
TINGGI      : 9 mm
Di bagian dalam kentang lebih keras dari pada di bagian sisi
LARUTAN GARAM
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR       : 1.9 cm
TINGGI      : 1 cm
PANJANG: 3 cm
LEBAR       : 1.9 cm
TINGGI      : 1.1 cm
Di bagian luar maupun di bagian dalam kentang sama lembek
LARUTAN KAPUR
PANJANG:  2.5 cm
LEBAR       : 1.9 cm
TINGGI      : 1 cm
PANJANG: 2.9 cm
LEBAR       : 2.1 cm
TINGGI      : 1.2 cm
Di bagian luar maupun di bagian dalam kentang sama keras



PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, potongan kentang  mengalami perubahan,  diantaranya mengalami perubahan tekstur, ukuran, dan warna, Hal ini terjadi karena larutan baik larutan gula, garam, dan kapur bersifat hipotonis maupun hipertonis terhadap kentang.

§      Kentang yang direndam ke dalam larutan gula.

Yang terjadi pada potongan  kentang setelah dimasukkan ke dalam larutan gula yaitu mengalami perubahan tekstur, ukuran dan warna. Tekstur kentang yang semula keras menjadi lembek, namun di bagian dalam kentang masih keras dan hanya di bagian sisinya yang melembek.
Ukuran kentang yang semula memiliki panjang 2,9 cm, lebar 1,9 cm, dan tinggi 1 cm setelah direndam ke dalam larutan gula, mengalami perubahan ukuran yang menyebabkan ukuran kentang menjadi berkurang sehingga panjang kentang menjadi 2,8 cm, lebar 1,8 cm, dan tinggi 9 mm, serta kentang  mengalami perubahan warna. Sebelum kentang di masukan ke dalam larutan gula, kentang berwarna kuning namun setelah kentang dimasukan ke dalam larutan gula, kentang berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Hal ini terjadi karena larutan gula bersifat hipertonis terhadap kentang.

§      Kentang yang dimasukan ke dalam larutan garam.

Kentang yang dimasukkan kedalam larutan garam mengalami perubahan ukuran dan tekstur. Tekstur awal kentang sebelum dimasukkan ke dalam larutan garam yaitu keras, setelah kentang dimasukkan ke dalam larutan garam kentang menjadi lembek dan lentur.
Ukuran kentang yang semula memiliki panjang 2,9 cm, lebar 1,9 cm, dan tinggi 1 cm setelah dimasukan ke dalam larutan garam ukuran kentang menjadi panjang 3 cm, lebar 1,9 cm dan tinggi 1,1 cm. Warna  kentang sebelum dan sesudah dimasukan kedalam larutan garam  tidak mengalami perubahan warna (tetap berwarna kuning), hal ini disebabkan karena larutan gula bersifat hipertonis terhadap  kentang.

§      Kentang yang dimasukan ke dalam larutan kapur.

Kentang yang dimasukan ke dalam larutan kapur mengalami perubahan ukuran dan tekstur. Sedangkan warna kentang sebelum maupun sesudah direndam ke dalam larutan kapur tidak mengalami perubahan (tetap berwarna kuning).
Ukuran awal kentang sebelum direndam ke dalam larutan kapur memiliki panjang 2,5 cm, lebar 1,9 cm, dan tingggi 1 cm setelah kentang di masukan ke dalam larutan kapur, kentang mengalami penambahan ukuran yaitu dengan panjang 2,9 cm, lebar 2,1 cm,dan tinggi 1,2 cm.
Selain itu tekstur kentang yang semula keras  dimasukan ke dalam larutan kapur, kentang menjadi lebih keras dan padat.
Tekstur kentang yang mengeras serta ukuran kentang yang bertambah disebabkan karena larutan kapur bersifat hipertonis terhadap  kentang, sehingga kentang menjadi lebih keras dan ukurannya pun bertambah.

Kesimpulan
Osmosis merupakan suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. selain itu kesimpulan yang kami dapat dari praktikum tersebut adalah perubahan tekstur pada setiap potongan kentang yang telah terendam pada setiap larutan yang berbeda-beda.








Minggu, 12 Agustus 2012

CERITA RAKYAT

v  Pengertian cerita rakyat
Ø  cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa atau cerita yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat yang di sampaikan secara turun- temurum, sesuatu yang telah mentradisi.

v  Ciri-ciri cerita rakyat
1.     Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
2.    Bersifat komunal, artinya cerita rakyat masyarakat secara kolektif.
3.    Berkembang dari mulut ke mulut.
v  Unsur intrinsik cerita rakyat meliputi :
1.     Tema
2.    Tokoh
3.    Penokohan (watak)
4.    Alur
5.    Latar
6.    Sudut pandang
7.    Amanat

*      Tema adalah persoalan utama yang diungkapkan oleh pembuat cerita didalam sebuah karya tulis, novel, cerpen, puisi. tema biasa didapat dari suatu keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari suatu objek peristiwa kejadian atau lainnya.
*      Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang  sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
*      Alur cerita adalah bagaimana kejadian-kejadian dirangkai (biasanya berdasarkan sebab akibat) mulai dari titik awal menanjak terus sampai titik klimaks untuk kemudian menurun dan mencapai resolusi atau penyelesaian.
*      Latar (seting) adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu ceritera terjadi. Yang harus diperhatikan dalam latar adalah tidak hanya segi fisik dari latar itu.
*      Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.
a. Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga,
sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
c. Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh.
d. Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
*      Amanat merupakan pesan dalam dongeng atau cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Pesan biasanya berisi contoh nasihat atau perbuatan-perbuatan bijak.
*      Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita, baik
keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan
hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya.



Legenda Pura Kehen
Tersebut bahwa Bhatara Subali bersaudara dengan Dalem Bhatara Sekar Angsana, Bhatara Subali berasrama di Tolangkir. Bhatara Sekar Angsana berasrama di Pura Dasar Gelgel, Ada lagi saudaranya, bernama Sang Hyang Aji Rembat (penawing) berasrama di Kentelgumi, Sang Hyang Aji Rembat berputra Ida Mas Kuning berasrama di Guliang, berasrama di bukit Pangelengan.
Tersebut seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara Subali di Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit. Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada-batu padas hingga keluar air yang jernih mengalir.
Bersama dengan keluarnya air itu, muncul pula seorang wanita. Sang Pandia Wawu Rawuh menanyai wanita itu, dan memberi nama Ni Dewi Njung Asti. Air itu diberi nama Tirta Harum. Ni Dewi Njung Asti disuruh menunggui air itu dan Sang Pandia Wawu Rawuh kembali pulang.
Bau harum itu sampai ke udara. Tercium oleh Hyang Wisnu dan segera bercengkrama di Tirta Harum. Di sana di sebuah gua tampak oleh Bhatara Wisnu seorang gadis, tetapi sang gadis tidak melihat. Bhatara Wisnu mandi dan keluar air mani, karena tak tahan melihat gadis itu. Bhatara Wisnu kembali ke Wisnuloka.
Ni Dewi Njung Asti keluar dari gua, melihat air mani Bhatara Wisnu di atas batu, lalu diambil dan dimakannya. Dewi Njung Asti, akhirnya hamil .
Dalam keadaan hamil Ni Dewi Njung Asti berkunjung pula Hyang Wisnu, serta bertanya asal usul dirinya. Setelah diceriterakan dengan jelas, maka Ni Dewi Njung Asti, diajak ke Wisnu Bhuana.
Bhatara Subali memaklumi air suci (Tirta Harum)itu. Disuruhnya Sang Hyang Aji Rembat menjaganya dan membersihkan pancuran setiap hari. Bhatara Subali membuat telaga meniru di Majapahit, maka diberi nama Taman Bali.
Lama kelamaan mereka masing- masing mempunyai putra, Sang Hyang Aji Jayarembat berputra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning berputra dua orang, Ida Tapadhana
dan Ida Nagapuspa. Bhatara Dalem Sekar Angsana berputra Ni Dewi Ayu Mas.
Bhatara Subali memohon kepada Hyang Wisnu. Permohonannya terkabul, yaitu putra yang lahir dari Dewi Njung Asti bernama Sang Gangga Tirta. Anak itu dibawa oleh Bhatara Subali ke Tirta Harum. Bhatara Subali kembali ke Tolangkir .
Keesokan harinya, Sang Hyang Aji Jayarembat mendapatkan bayi itu pada pancuran di Tirta Harum. Segera datang Bhatara Subali menegaskan bahwa anak itu adalah putranya yang diperoleh dari Bhatara Wisnu.
Berkat Restu Bhatara Subali, anak itu diasuh oleh Sang Aji Rembat, semula bernama Sang Angga Tirta lalu diganti dengan nama Sang Anom, dalam waktu singkat, anak tersebut sangat rupawan dan telah remaja putra, kemudian pindah ke Rewataka Singasara.
Tersebut bahwa Ni Dewi Ayu Mas di Gelgel sakit keras, Dipindahkan ke Taman Bali . Diobati oleh Sang Hyang Aji Jayarembat. Dalam waktu singkat telah sembuh. Diajak kembali ke Gelgel, kemudian penyakitnya kambuh lagi. Demikian berulang-ulang akhirnya tinggal di Taman Bali sampai dewasa.
Terjalinlah hubungan antara Sang Anom dengan Dewi Ayu Mas hingga hamil, Dalem Sekar Angsana amat marah, dan memerintahkan untuk membunuh Sang Anom, dan Sang Hyang Aji. Rembat agar diantarkan ke Gelgel, Namun Dalem mengirim utusan rahasia untuk menyuruh Sang Anom menyingkir , Maka Sang Anom tiba di Tianyar luput dari serangan musuh.
Lama kelamaan Sang Anom melawat ke desanya kembali, sambil memikat burung di tengah hutan Jarak Bang. Sang Anom bertanya dijawab dengan kelakar berkali-kali. Sang Anom marah dan mengutuk tempat itu agar bernama Bangli, orang-orang dusun itu melaporkan ke Gelgel. Dalem memerintahkan untuk menangkap pemuda tersebut dan diantarkan ke istana Gelgel.
Sang Anom tertangkap dan diantar ke Gelgel. Mereka yang melihat pada bersedih menyaksikannya. Setelah tiba di Gelgel, Dalem memerintahkan untuk menangkap Sang Hyang Aji Jayarembat, dalam waktu singkat telah berhasil diserahkan kepada Dalem.
Bhatara Subali dari Tolangkir menghadap ke Gelgel melarang Dalem untuk membunuhnya serta menceriterakan riwayat kelahiran Sang Anom dan meminta agar Sang Anom bersuami istri dengan Dewi Ayu Mas serta kembali ke Taman Bali. Dalem dapat menyetujui dan kemudian sangat menyayangi sebagai menantu.
Restu Bhatara Subali kepada Sang Anom sebagai cikal- bakal Ksatria Taman Bali lahir dari Tirta Harum.
Juga upacara dan upakara pembakaran jenasah sesuai dengan seorang Ksatria. Tidak boleh lupa turun- temurun agar nyawi ke Tirta Harum.
Sang Anom dan Ni Dewi Ayu Mas sedang hamil berada di Taman Bali, Sang Anom meninggalkan istrinya untuk bertapa, dengan pesan bila lahir anaknya nanti agar diberi nama I Dewa Garba Jata. Dan disediakan sebilah keris yang bernama Ki Lobar untuk senjatanya di kemudian hari, bila Dalem meminta jangan diberikan.
Pada saatnya I Dewa Garba Jata pun lahir. Setelah dewasa menanyakan perihal ayahnya. Sang ibu menceriterakan tengah bersemadi di hutan Dawa, serta ciri-cirinya yang khas, Kemudian I Dewa Garba Java menjumpai ayahnya, tetapi tidak berkenan kembali pulang, Putranya disuruh kembali dan menjadi raja di Taman Bali. Dan tetap nyawi ke Tirta Harum serta Ki Lobar. Sang Anom pun wafat, I Dewa Garba Jata kembali ke Taman Bali dan menceriterakan semuanya kepada ibunya.
Dalem amat cinta kepada I Dewa Garba Jata dan menganugrahkan seorang putri beliau untuk menjadi istrinya. Langsung upacara wiwaha menurut tata cara Ksatria.
I Dewa Garba Jata memperoleh seorang putra bernama Cokorda Den Bancingah, Setelah dewasa beristri putri Kyayi Jambe Pule. Melahirkan putra bernama Cokorda Pemecutan, Cokorda Pamecutan berputra I Dewa Gde Den Bancingah. I Dewa Gde Den Bancingah berputra I Dewa Kanea Den Bancingah. I Dewa Kanea Den Bancingah berputra I Dewa Gede Tangkeban. I Dewa Gede Tangkeban banyak putranya:
  1. I Dewa Pering
  2. I Dewa Pindi
  3. I Dewa Prasi
  4. I Dewa Kaler
  5. I Dewa Batan Wani
  6. I Dewa Pulesari
  7. I Dewa Mundung
  8. I Dewi Kliki
  9. I Dewa Gde Anom Teka
  10. Tak tercatat yang wanita.
Perpindahan putra-putra I Dewa Gede Tangkeban
  1. I Dewa Pering ke Brasika (Nyalian)
  2. I Dewa Prasi ke Gaga
  3. I Dewa Pindi ke Telagasura
  4. I Dewa Kaler tetap di Taman Bali.
Keris pusaka Ki Lobar dimohon oleh I Dewa Gde Pering kepada I Dewa Gde Tangkeban di Taman Bali. Keris dibawa ke Desa Nyalian.
Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh raja Bangli. Namun gagal, Kemudian raja Bangli mengutus kembali dua pesakitan itu untuk membunuh raja Taman Bali dengan janji bila berhasil diberikan hadiah kekuasaan di daerah itu, Pesakitan itu berusaha membunuh I Dewa Taman. Bali, namun pesakitan itu dapat dibunuhnya. I Dewa Taman Bali hanya menderita luka berat dan lama belum pulih.
Sedang dalam penderitaan luka parah, istri I Dewa Taman Bali digauli oleh putranya sendiri yang bernama I Dewa Kaler. I Dewa Kaler diusir dari Taman Bali kemudian bernama Pungakan Kedisan karena dalam perjalanannya disambar burung gagak, juga disebut Pungakan Don Yeh karena waktu berangkatnya mengarungi hujan lebat dan banjir.
Setelah raja Taman Bali wafat, diganti oleh putranya bernama I Dewa Anom Teka hendak menuntut bela atas wafat ayahnya yang direncanakan oleh Anglurah Paraupan di Bangli. Hal itu didukung oleh sanak keluarga dan pejabat- pejabat bawahannya. Segera mereka menyerang Bangli di bawah pimpinan I Dewa Anom Teka.
Terjadi peperangan sengit antara Taman Bali dengan Bangli yang dipimpin oleh Kyayi Paraupan dan putranya Kyayi Anglurah Dawuh Bahingin. Kyayi (Pamamoran) tewas, Kyayi Dawuh Bahingin tewas pula. Kyayi Paraupan tampil sebagai pimpinan perang. Beliau pun gugur pula. Akhirnya Bangli mengalami kekalahan.
Setelah Bangli kalah para putra Taman Bali beralih tempat. I Dewa Gede Perasi di Bangli, I Dewa Gede Pindi di Gaga.
Di Taman Bali bertahta I Dewa Anom Teka menggantikan ayahnya. Berdiri tiga kerajaan, Bangli, Taman Bali, Nyalian.
I Dewa Gde Prasi Raja Bangli, mempunyai seorang putri bernama I Dewa Ayu Den Bancingah. Tanpa keturunan.
I Dewa Kanea (ipar Dalem Linggarsapura) amat disayang oleh Dalem, diberi pangkat Kanea, diam di Utara Bancingah bergelar I Dewa Kanea Den Bancingah. Mempunyai seorang putra bernama I Dewa Gede Tangkeban, sebab pada waktu lahirnya tanpa sengaja ditutup kasur tempat duduk raja oleh Ki Arya Jambe Pule.
Pada saat terjadi pemberontakan Kyayi Anglurah Agung di Gelgel, Dalem Dimade mengungsi ke Guliang. I Dewa Kanea Den Bancingah kembali ke Brasika membawa keris Ki Lobar.
Taman Bali dikalahkan oleh Kyayi Anglurah Made dari Karangasem. Putra-putra raja Taman Bali diungsikan, ke Gianyar oleh I Dewa Manggis, Kemudian I Dewa Agung Gde diam di Taman Bali karena Taman Bali diserahkan oleh Kyayi Anglurah Made Karangasem. I Dewa Agung Gde menyerahkan desa-desa: Cegeng, Tembaga, Tohjiwa, Sangkan Aji, Margayu, Pamubugan, Sukahet, Lebu, kepada Anglurah Made Karangasem, I Dewa Agung Gde berputra dua orang di Taman Bali, pria-wanita. Yang pria bernama, I Dewa Agung Gde Taman Bali.
I Dewa Gde Taman Bali menggempur Taman Bali atas bantuan I Dewa Manggis, Taman Bali dikuasai kembali. I Dewa Agung Gde mengungsi ke Puri Kanginan (Klungkung)
I Dewa Manggis ingin melihat warna Ki Lobar. Tak diijinkan oleh Dalem. Namun niatnya tak kunjung padam.
Lama kelamaan Dalem meminjamkan keris Ki Lobar. I Dewa Gede Tangkeban menjadi salah paham, I Dewa Taman Bali dan I Dewa di Bangli menyarankan ajar dipertahankan meskipun apa terjadi. Didukung oleh sanak keluarga dan rakyatnya. I Dewa Agung Putra mendengar hal itu maka baginda minta bantuan ke Karangasem dan Gianyar untuk menggempur Nyalian. Terjadi perang sengit, I Dewa Gede Tangkeban minta bantuan Taman Bali dan Bangli, namun belum diberikan. Ternyata I dewa Gede Tangkeban tetap mengadakan perlawanan bersama sanak keluarganya. Banyak jatuh korban. I Dewa Gede Tangkeban tampil ke depan dengan menghunus Ki Lobar, hingga musuh- musuhnya lari tunggang-langgang. Kemudian pasukan Dalem maju lagi. I Dewa Gede Tangkeban tertembak, namun tidak gugur. Terpikir olehnya, kekecewaan dirinya, sehingga timbul kemarahannya pada sanak keluarganya di Bangli dan Taman Bali, beliau pun mengutuk agar selalu cekcok sesama keluarganya. Lalu ujung Ki Lobar dipotongnya. I Dewa Gde Tangkeban gugur dalam peperangan, Nyalian dikuasai oleh Klungkung.
I Dewa Gede Tangkeban meninggalkan seorang putra dilarikan ke Bangli oleh ibunya. Kemudian diasuh sebaik baiknya oleh I Dewa Ayu Den Bancingah, seperti putra kandung karena I Dewa Ayu Den Bancingah tidak berputra
selama bersuami istri dengan I Dewa Anon Rai.
I Dewa Anom Rai mempunyai seekor kuda bernama
Gandawesi dan mempunyai keahlian dapat melihat apa yang terjadi.
I Dewa Anom Rai kawin dengan seorang kasta sudra, sehingga I Dewa Den Bancingah tidak diperhatikan lagi, timbul sakit hatinya dan menyidangkan bawahannya. I Dewa Ayu Den Bancingah berkat bantuan seorang dukun Ida Waneng Pati berhasil membunuh I Dewa Anom Rai di tempat tidurnya. Kemudian I Dewa Ayu Den Bancingah menjadi Ratu. Keamanan pulih kembali.
Putra I Dewa Gede Tangkeban yang diasuh di Puri Bangli telah dewasa. Belum beristri. Senang tari- tarian antara lain, gambuh, legong, mencari guru tari ke Sukawati. Kesenangannya itu sama dengan kesenangan raja Taman Bali. Sering saling sabot guru tari, timbul cekcok antara Bangli dan Taman Bali. Taman Bali hendak menyerang Bangli, maka minta bantuan pada Dalem di Klungkung. Dalem tak berkenan karena tak pernah cekcok dengan raja Bangli. I Dewa Taman Bali merasa kecewa. Kemudian I Dewa Gede Raka Taman Bali mengumpulkan sanak saudara antara lain; I Dewa Gede Mundung, I Dewa Pulesari, I Dewa Batan Wani, I Dewa Jelepung, I Dewa Pindi, I Dewa Rendang, I Dewa Guliangan, I Dewa Pasalakan. Semua setuju menggempur Bangli tetapi agar minta bantuan ke Gianyar. Hal itu disetujui oleh I Dewa Taman. Bali, lalu minta bantuan kepada I Dewa Manggis dengan catatan bila Bangli kalah agar dibagi dua. Pasukan Gianyar dipimpin oleh Cokorda Mas. Bangli kalah dikuasai oleh Taman Bali dan Gianyar. Raja Bangli bersembunyi di Kehen. Raja Taman Bali mengepung Kehen, dan raja Gianyar menunggu di Taman Bali.
I Dewa Ayu Den Bancingah setelah memperoleh wahyu di Pura Kehen, hendak berhadapan dengan I Dewa Taman Bali. Namun bersimpang jalan, perjalanannya langsung ke selatan hingga ke Taman Bali, maka berhadapan dengan I Dewa Manggis, pasukan I Dewa Manggis kalah, mereka kembali ke Gianyar.
I Dewa Taman Bali tiba di Kehen, tidak berjumpa dengan siapa pun juga. Melihat asap mengepul di arah selatan. Disangka raja Gianyar berbuat buruk. Segera beliau hendak menghadapi raja Gianyar. Tiba di Taman Bali, ternyata sunyi-senyap. Dugaannya semula semakin tebal dan kuat
I Dewa Taman Bali menerima laporan dari Guliang, bahwasanya ada serangan pasukan Klungkung. Pasukan Klungkung dihadapinya, pasukan Klungkung ketakutan, sebab tujuannya bukan untuk berperang, melainkan Cokorda Dewagung Putra ingin bertemu dengan I Dewa Manggis. Karena serbuan pasukan Taman Bali, maka baginda kembali melalui jembatan darurat. Jembatan itu patah menimbulkan banyak korban, Dewagung Putra wafat di Blahpane. Bhatara Dalem Sakti (ayah Dewata di Blahpane) amat murka dan memerintahkan agar Gianyar dan Bangli menyerang Taman Bali, Terjadi pertempuran sengit sasih ke 5, rah 9, tenggek 3, titi tanggal 13 Isaka 1809. Taman Bali kalah, dibumihanguskan oleh Bangli. Dan kekayaan Taman Bali dibawa ke Bangli, Raja Bangli tetap I Dewa Ayu Den Bancingah.



Tema cerita                   : Terjadi peperangan antara Tama Bali, Bangli, Gianyar, dan  Nyalian.
Tokoh dan wataknya                 :
1.      Sang pandita wawu rauh : Baik, Penasehat
2.      Bhatara Subali                           
3.      Ni Dewi Njung Asti
4.      Hyang Wisnu                              : Tak sabar
5.      Hyang Aji Rembat                      : Rajin, baik
6.      Sang Hyang Aji Jayarembat        : Penolong
7.      Sang Dukuh Suladri
8.      Ida Mas Kuning
9.      Ida Tapadhana
10.  Ida Nagapuspa
11.  Bhtara Dalem Sekar Angsana     : Tegas, penyayang
12.  Ni Dewi Ayu Mas
13.  Sang Gangga Tirta(Sang Anom): Mudah marah, melakukan seenaknya
14.  I Dewa Garba Jata                      : Ingin tahu
15.  Cokorda Den Bancingah
16.  Kyayi Jambe Pule
17.  I Dewa Kanea Den Bancingah
18.  I Dewa Gede Tangkeban
19.  Kyayi Anglurah Praupanelurkan
20.  I Dewa Taman Bali                     : Tegas, pekerja keras
Alur cerita :
Tersebut seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara Subali di Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit. Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada-batu padas hingga keluar air yang jernih mengalir. Saat air itu keluar muncul seorang dewi, yang bernama Ni Dewi Njung Asti, setlah itu Hyang Wisnu mengeluarkan air mani, dan Hyang Wisnu lekas kembali ke Wisnu Bhuana. Ni Dewi Njung Asti meminum air tersebut, dan akhirnya ia hamil. Setahun kemudian, lahirlah seorang anak yang di beri nama Sang Gangga Tirta, setelah anak itu tumbuh dewasa ia mengenal seorang gadis yang bernama Dewi Ayu Mas, lama kelamaan ia berhubungan hingga sang Dewi hamil. Ayah sang Dewi yaitu Dalem Sekar Angsana amat marah, dan ia menyuruh anak buahnya untuk membunuh Sang Ganga Tirta atau Sang Anom, namun anak buahnya itu tidak bisa membunuhnya, dari sinilah awal peperangan, namum Dalem berubah pikiran, ia merestui anaknya dengan Sang Anom, dan Dewi Ayu Mas beserta Sang Anom kembali ke Taman Bali. Sang Anom meninggalkan istrinya untuk bertapa, ia menyuruh istrinya, jika anaknya itu lahir, ia harus di beri nama I Dewa Garba Jata. Beberapa tahun kemudian sang anak sudah dewasa, ia pun menjadi seorang raja Taman Bali. Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh raja Bangli, namun pesakitan itu tidak bisa membunuh raja Bangli tersebut, akhirnya Sang Anom menyerang bangli, Sang Anom meminta bantuan kepada Gianyar, dan peperangan pun terjadi. Selang hari Bangli kalah, Bangli pun membalasnya dengan cara mengadu domba kerajaan Gianyar denga kerajaan Taman Bali, dan akhirnya Gianyar membantu Bangli untuk melawan Taman Bali, beberapa hari kemudian perang pun selesai, dan akhirnya kerajaan Taman Bali kalah. . Dan kekayaan Taman Bali dibawa ke Bangli raja bangli yang bernama I Dewa Ayu Den Bancingah kembali menduduki tahta kerajaan yang bernama KEHEN.
Latar :
cerita ini terjadi di Tirta Harum, pada saat pagi, di kerjaan Taman Bali, Gelgl, Nyalian, kerajaan bangle yaitu Kehen.
Sudut pandang :
Cerita ini menggunakan sudut pandang pengamat serba tahu.
Amanat :
Jika kita menjadi seorang raja, jagalah sifat kita dengan dermawan dan baik hati, jangan kita melakukan sesuatu dengan seenaknya, aplagi dengan cara membunuh, seorang raja harus berjiwa pahlawan, dan menerima kekalahan dengan baik. Dan kita tidak boleh mudah marah, dan berfikir terlebih dahulu sebelum kita melakukan sesuatu.